Sabtu, 26 Juli 2008

Kejanggalan Pasar Minyak Terungkap


Diperlukan Analisis yang Tidak Bias
Jumat, 25 Juli 2008 | 00:57 WIB 

Houston, Kamis - Badan Pengawas Bursa Berjangka AS (CFTC) segera mengumumkan temuan mengenai ketidakwajaran dalam perdagangan berjangka minyak. Namun, dalam laporan yang dikeluarkan pada awal pekan ini, CFTC mengatakan spekulan bukanlah faktor utama penyebab melambungnya harga minyak.

”CFTC akan mengadakan jumpa pers memaparkan rinci kasus- kasus yang terkait dengan pasar berjangka minyak serta komoditas lainnya,” demikian pernyataan CFTC di Houston, AS, Kamis (24/7) pagi.

Badan ini kemungkinan akan mengambil langkah luar biasa dalam pengungkapan isu yang telah melewati penyelidikan secara nasional sejak Desember 2007.

CFTC bisanya tidak mengungkapkan proses penyelidikan yang dilakukan, tetapi menunggu hingga hasil akhir. CFTC menyelidiki praktik seputar pembelian, transportasi, penyimpanan, dan perdagangan minyak serta kontrak turunan terkait.

CFTC berada dalam tekanan Kongres AS untuk menyelidiki kecurigaan adanya manipulasi dalam pasar minyak AS.

Permintaan dan pasokan

Dalam laporan pendahuluannya yang keluar pekan lalu, satuan tugas CFTC mengatakan, fundamental permintaan dan penawaran merupakan alasan utama kenaikan harga minyak belakangan ini.

Laporan itu bertepatan dengan perdebatan di Senat AS, membahas rancangan undang-undang yang akan menekan regulator untuk mengendalikan spekulasi berlebihan di pasar energi.

Ekonom dan analis perminyakan sepakat, faktor fundamental seperti menguatnya permintaan Asia, berkurangnya pasokan minyak, dikombinasikan dengan melemahnya kurs dollar AS serta risiko geopolitik adalah faktor-faktor utama kenaikan harga minyak.

Namun, banyak pihak setuju bahwa membanjirnya aliran dana dari investor institusional, spekulasi berlebihan, serta kemungkinan adanya manipulasi pasar juga berperan dalam melonjaknya harga minyak.

Komisaris CFTC Bart Chilton mengatakan temuan tim itu mengecewakan. Memang bukan kejutan bahwa anggota satuan tugas itu sejalan dengan atasannya yang mengatakan spekulan tidak memengaruhi harga minyak.

”Fakta bahwa pasar komoditas AS yang berkapitalisasi hingga 250 miliar dollar AS belum ada pada beberapa tahun lalu. Pasti ada dampak dari kenaikan aktivitas perdagangan dan saya berharap ada analisis mendalam yang tidak bias sehingga masyarakat dapat yakin pasar berjangka telah berjalan dengan fair dan efektif bagi konsumen dan bisnis,” ujar Chilton.

Temuan satuan tugas itu berbeda dengan kritik kubu Demokrat dan beberapa ahli energi, yakni miliaran dollar AS yang diinvestasikan pada pasar energi oleh hedge fund, dana pensiun, dan spekulan lain telah mendorong kenaikan harga minyak.

Pada 11 Juli lalu harga minyak mencatat rekor tertinggi, 147,27 dollar AS per barrel. Hari Kamis harga turun sebesar 23 dollar AS per barrel menjadi sekitar 124 dollar AS per barrel.

Minyak utama New York, light sweet, untuk pengiriman September naik 66 sen menjadi 125,10 dollar AS per barrel. Minyak Brent untuk pengiriman September naik 58 sen menjadi 125,87 dollar AS per barrel.

Gara-gara Hannibal

Pada perdagangan Kamis di pasar Eropa, harga minyak sedikit meningkat. Kenaikan dipicu pernyataan Libya yang mengancam memangkas pasokan minyak ke Swiss karena hubungan diplomatik keduanya terganggu.

Libya mengatakan akan menghentikan pengiriman minyak dengan tanker yang dioperasikan perusahaan Libya ke Swiss. Ancaman ini dilakukan setelah Hannibal, salah satu anak pemimpin Libya Moammar Khadafi, ditahan di Swiss. Hannibal dituduh melukai pelayan hotel di Swiss.

Sementara itu, minyak yang diangkut oleh tanker komersial tak terpengaruh ancaman Libya tersebut. Pernyataan bersama dari perusahaan tanker dan otoritas pelabuhan menyebutkan, tanker dan kapal berbendera Swiss dilarang masuk ke Libya.

Libya juga menegaskan, pihaknya akan mengambil langkah- langkah lebih jauh apabila Bern (ibu kota Swiss) tidak menghentikan kasus Hannibal. Libya menuduh bahwa kasus ini sengaja diciptakan.

Libya adalah salah satu anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memasok sekitar 40 persen persediaan minyak global. ”Setelah harga minyak turun tragis belakangan ini, kemungkinan pergerakan harga minyak ini sudah berhenti,” ujar analis dari Sucden, Michael Davies. (AP/AFP/Reuters/joe)