Sabtu, 30 Agustus 2008

Pengangguran dan Kemiskinan Isu Strategis


Jakarta, Kompas - Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi isu strategis untuk kampanye Pemilu 2009. Meskipun persentase pengangguran dan kemiskinan turun berdasarkan data Badan Pusat Statistik, masyarakat, terutama dari kelas bawah, tidak merasakan perubahan berarti.

Hal itu menjadi salah satu pembicaraan dalam focus group discussion bertema ”Indonesia Economy 2008: Goes Better or Worst?” yang diadakan Badan Pengendalian dan Pemenangan Pemilu 2009 DPP Partai Golkar di Jakarta, Jumat (29/8).

Diskusi tersebut menghadirkan sejumlah pembicara, yakni Komisaris PT BRI Tbk Aviliani, pengamat ekonomi Center for Information and Development Studies (Cides) Umar Juoro, dan anggota DPR dari Partai Golkar, Harry Azhar Azis.

Menurut Harry, tahun ini pengangguran turun dari 9,75 persen menjadi 8,46 persen dibandingkan tahun 2007. Persentase kemiskinan pun berkurang dari 16,58 persen menjadi 15,42 persen dibandingkan tahun lalu.

Namun, Umar Juoro menyatakan realitas di lapangan berbeda. Penciptaan lapangan kerja masih didominasi sektor informal dan yang tersedot adalah kaum perempuan. ”Keadaan ini belum memberi gambaran perbaikan kesejahteraan bagi masyarakat golongan bawah,” ujarnya.

Persentase kemiskinan pun menurun, tetapi pada umumnya tingkat kemiskinan berkorelasi kuat dengan tingkat inflasi. Jika inflasi tinggi, tingkat kemiskinan akan meningkat lagi. Persoalan lain adalah tingkat konsumsi yang mendukung pertumbuhan ekonomi justru berasal dari warga kelas menengah atas, bukan warga kelas bawah.

Aviliani memprediksi pada tahun 2009 angka kemiskinan akan naik ke angka 40,4 juta orang atau 16,8 persen dari jumlah penduduk. Penyebabnya adalah peningkatan inflasi, terutama bahan makanan, transportasi, dan kenaikan harga BBM. (NIT)

Tidak ada komentar: