Jumat, 19 September 2008

Efek Domino Lehman


Kucuran Kredit Global Jadi Seret
Jumat, 19 September 2008 | 02:12 WIB

Frankfurt, Kamis - Kebangkrutan Lehman Brothers membuat pemilik modal kini lebih berhati-hati meminjamkan dana. Kucuran kredit tak lagi semudah sebelumnya dan pemilik modal mengenakan persyaratan pemberian pinjaman yang lebih ketat.

Modal adalah darah perekonomian. Para ekonom memperkirakan ekonomi AS akan makin anjlok, demikian juga ekonomi di belahan bumi lainnya.

Sadar akan bahaya dari seretnya kredit, di Frankfurt, Kamis (18/9), Bank Sentral dari zona euro (ECB), AS, Inggris, Kanada, Swiss, dan Jepang berkolaborasi memberikan likuiditas jangka pendek.

Bank Sentral AS sudah memberikan suntikan dana sebesar 180 miliar dollar AS. ECB menyuntikkan dana 110 miliar dollar AS dan Bank Sentral Swiss 27 miliar dollar AS. Bank of England telah menyediakan total sebesar 44,8 miliar dollar AS ke pasar sejak Senin.

Tujuan kucuran dana itu memberikan gairah pada aliran dana. Kucuran dana ini bukan tanpa caci maki, khususnya warga AS, yang merasa pemerintah lebih memilih menolong korporasi bangkrut yang serakah ketimbang rakyat yang kesusahan.

”Dunia tidak sedang kekurangan dana, tetapi kekurangan kepercayaan,” kata Sung Won Sohn, profesor ekonomi di California State University.

”Perbankan tampaknya memilih menahan diri untuk sementara,” kata David Rosenberg, ekonom dari Merrill Lynch wilayah Amerika Utara.

Tidak depresi

Pengurangan aliran modal bukan hanya karena anjloknya keyakinan, tetapi karena kini sedang terjadi koreksi atas nilai-nilai aset setelah terjadi penurunan indeks-indeks saham.

Faktor lain yang membuat seretnya kredit adalah industri keuangan kini kembali ke pendulum lain, di mana pengaturan pada transaksi keuangan akan ketat. ”Revolusi Reagan—penentang regulasi pasar—mungkin telah berakhir,” kata Kishore Mahbubani, Dekan Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura. Almarhum Presiden AS Ronald Reagan adalah penganut mekanisme pasar nihil peraturan, yang menjadi akar dari krisis keuangan di AS yang mengimbas ke dunia.

Para ekonom melihat keadaan di AS sebagai sebuah koreksi yang akan berdampak pada penurunan kegiatan ekonomi.

”Tidak akan terjadi depresi hanya akan ada penurunan aktivitas ekonomi, dengan pertumbuhan 2 persen. Ekonomi tidak terbenam,” kata James A Wilcox, profesor dari Haas School of Business at University of California, Berkeley.

Mengenai dampak penurunan pertumbuhan ekonomi global, Menteri Perdagangan Mari Pangestu mengatakan, ”Hal itu bergantung pada lama atau tidaknya penurunan pertumbuhan ekonomi global.” Sejauh ini kinerja ekspor Indonesia masih membaik.

Ekonom Rizal Ramli mengatakan, kekacauan di pasar keuangan global berpotensi pada anjloknya harga komoditas, yang sebelumnya naik dan mendorong ekspor komoditas Indonesia.

Rizal Ramli mengatakan, ke depan sebaiknya teknokrat ekonomi mengelola perekonomian didasarkan pada peningkatan produktivitas domestik, bukan sebagai penunggang bebas pada fenomena eksternal, yang didaulat sebagai kinerja diri sendiri. Perbaikan prasarana dan iklim investasi domestik adalah dasar kebangkitan China yang harus ditiru Indonesia.(REUTERS/AP/AFP/MON/JOE)

Tidak ada komentar: