Selasa, 23 September 2008

Goldman dan Morgan Berubah


Bursa Tanggapi Beragam

Getty Images/Pool / Kompas Images
Calon presiden AS dari Partai Demokrat, Barack Obama (kelima dari kanan), membahas krisis keuangan AS dengan mantan Gubernur Bank Sentral AS (Fed) Paul Volcker (keenam dari kanan) serta Direktur dan Pemimpin Citigroup Robert Rubin (keempat dari kanan) saat kampanye di Florida, Jumat (19/9).
Selasa, 23 September 2008 | 03:00 WIB

Washington, Senin - Bank Sentral AS (The Federal Reserve) telah menyetujui permintaan dua bank investasi terakhir AS, yaitu Goldman Sachs dan Morgan Stanley, untuk mengubah status mereka menjadi perusahaan induk perbankan. Perubahan status ini akan membawa beberapa konsekuensi bagi kedua pihak.

Perubahan status akan membuat korporasi itu dapat mendirikan bank komersial yang diperbolehkan mengumpulkan deposito dari masyarakat sehingga dapat menjadi sumber pendanaan lembaga keuangan tersebut. Kedua perusahaan akan berada langsung di bawah pengawasan Bank Sentral AS (Fed).

Reaksi pasar beragam terhadap upaya penyelamatan itu. Sebagian besar bursa Asia ditutup menguat, sedangkan bursa di Eropa ditutup beragam.

”Masih ada beragam reaksi terhadap perkembangan Jumat lalu. Pada perdagangan Senin ada kecenderungan para investor mengambil untung,” ujar Stephen Pope, pakar pasar global pada Cantor Fitzgerald di London, Senin (22/9).

Perubahan besar itu merupakan restrukturisasi terbesar di Wall Street sejak Depresi Besar dekade 1930-an. Sebelumnya, sebagai bank investasi, Goldman dan Morgan berada di bawah Badan Pengawas Pasar Modal AS (Securities and Exchange Commission/SEC).

Keputusan memberikan perubahan status kedua bank investasi itu mencerminkan perkembangan dramatis lain pada periode yang sangat mencemaskan dalam sejarah Wall Street.

Pemerintah China didekati

Dengan keputusan Fed itu, kemungkinan merger antara Morgan dan Wachovia hilang. ”Satu hal yang kami tahu pasti, tidak akan ada kesepakatan dengan Wachovia,” ujar seorang eksekutif yang dekat dengan Morgan.

Morgan juga tengah berbicara dengan Pemerintah China mengenai kemungkinan menginjeksi uang tunai besar-besaran.

Sebelumnya, investor khawatir kedua bank investasi terakhir yang independen itu tidak dapat selamat melewati terpaan badai finansial. Sebelumnya, muncul spekulasi bahwa kedua bank itu akan diakuisisi bank komersial yang memiliki kemampuan mengumpulkan pendanaan sehingga dapat memberikan sumber pendanaan yang cukup stabil.

Bank Sentral AS juga memberikan kejutan lain, dengan menyediakan dukungan tambahan dana kepada dua institusi keuangan itu selama masa transisi. Mereka akan diperbolehkan mendapatkan pinjaman jangka pendek dari Bank Sentral New York.

UBS kuat

Sementara itu, UBS melalui Head of Corporate Communications Singapore and South East Asia Julie Yeo mengatakan, UBS telah mengambil langkah penting untuk memperkuat permodalan sehingga tidak mengalami kondisi seperti yang dialami lembaga lain.

”Rasio kecukupan modal UBS salah satu yang terkuat pada industri keuangan. Rasio kecukupan modal UBS 11,6 persen, memenuhi standar internasional. Posisi ini sama dengan posisi yang sama sebelum terjadinya krisis kredit,” demikian penjelasan Yeo kepada Kompas.

Ketua Asosiasi Bankir Swiss Pierre Mirabud juga mengatakan bank itu cukup kuat. Dia membantah spekulasi bahwa UBS berada di ujung tanduk dan kemungkinan dipaksa diambil alih oleh Credit Suisse Group, pesaingnya.

Komisi Eropa menyambut baik rencana penyelamatan oleh otoritas keuangan di AS itu.

”Komisi Eropa menyambut baik tindakan AS dalam upaya menstabilkan sistem keuangan,” ujar juru bicara Johannes Laitenberger. (REUTERS/AFP/AP/tat/joe)

Tidak ada komentar: