Minggu, 12 Oktober 2008

Asumsi Makro 2009 Dirombak


Penulis : Heni Rahayu
JAKARTA--MI: Asumsi makro 2009 akhirnya dirombak kembali karena dinilai tidak sesuai dengan kondisi krisis keuangan global yang saat ini terjadi.

Hampir seluruh asumsi makro 2009 yang sudah ditetapkan dalam rapat panitia anggaran dan pemerintah berubah. Asumsi yang mengalami perubahan cukup signifikan adalah nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.

Pemerintah mengusulkan asumsi nilai tukar Rupiah naik menjadi Rp9.300 per dolar AS, padahal sebelumnya nilai tukar hanya dipatok Rp9.150 per dolar AS. Perubahan dilakukan mengingat sebelumnya nilai tukar sempat menembus angka Rp10 ribu dan ditutup Rp9.860 per dolar AS pada perdagangan Jumat (10/10).

Untuk pertumbuhan ekonomi, pemerintah mengusulkan pertumbuhan ekonomi 6,1% atau turun dari angka sebelumnya sebesar 6,3%. Namun DPR menilai angka pertumbuhan ekonomi 6,1% terlalu rendah. ''Kalau 6,1% seolah-olah pemerintah tidak bisa berusaha apa-apa kalau terjadi krisis, kalau 6,2%, kita masih bisa terima,'' kata Wakil Ketua Panitia Anggaran Harry Azhar Azis saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (12/10).

Sementara itu asumsi inflasi naik dari 6,2% menjadi 7% juga diperkirakan akan ditentang oleh anggota dewan mengingat otoritas moneter dinilai masih bisa menurunkan angka inflasi di kisaran 6%.

Pemerintah juga mengusulkan kenaikan asumai suku bunga SBI 3 bulan dari 8% menjadi 8,5%. ''Suku bunga ini juga sulit untuk dinaikkan karena bank sentral di seluruh negara di saat krisis seperti ini kan menurunkan suku bunga, kenapa SBI malah naik,'' katanya.

Namun untuk pembahasan asumsi harga minyak yang diusulkan turun menjadi US$90 per barel dari US$95 per dolar AS diperkirakan akan mulus. Penurunan harga minyak dilakukan karena saat ini harga minyak turun di bawah US$80 per barel.

Adapun asumsi lifting minyak tetap sama sebesar 960 ribu barel per hari, lifting gas juga tidak berubah sebesar 7.526,3 MMSCFD, dan demikian juga dengan produksi batubara sebesar 250 juta ton.

Rencananya, pemerintah akan menyampaikan perubahan asumsi makro RAPBN 2009 ke Panitia Anggaran DPR pada Senin (13/10). ''Kita akan rapat dengan pemerintah membahas asumsi makro RAPBN 2009 pada Senin (13/10) pagi. Kita kebut agar sorenya kita bisa langsung membahas belanja negara pada Selasa (14/10),'' ujar Harry.

Selain membahas perubahan asumsi makro, pemerintah juga mengajukan perubahan defisit anggaran dan penurunan jumlah penerbitan Surat Utang Negara (SUN) pada RAPBN 2009.

''Ada tiga hal yang akan disampaikan, perubahan asumsi sesuai ekonomi yang baru, penurunan defisit, dan penurunan jumlah penerbitan SUN,'' kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu di Jakarta, akhir pekan lalu.

Defisit anggaran di RAPBN 2009 dipatok 1,7% dan rencananya diturunkan menjadi 1,3% karena pemerintah memangkas pembiayaan RAPBN 2009. Anggito menyatakan, pemangkasan penerbitan SUN 2009 dilakukan mengingat biaya penerbitan SUN lebih mahal daripada mencari utang luar negeri lewat kerjasama bilateral dan multilateral.

''Kondisi pasar SUN saat ini supply drop karena konsentrasi pada recovery. Kalau pun ada mahal. Kita sekarang ubah strategi cari sumber non pasar. Makanya penerbitan SUN global akan diturunkan cukup signifikan, baik yang carry over 2008 atau over financing 2009,'' jelas Anggito.

Kendati pembiayaan dipotong dan defisit diturunkan, Anggito memastikan program-program prioritas tidak dikorbankan. ''Kita tetap laksanakan program-program prioritas seperti memenuhi rasio pendidikan 20%. Karena ada penerimaan tambahan,'' jelasnya. (Ray/OL-03)

Tidak ada komentar: