Rabu, 15 Oktober 2008

Badai Mulai Berlalu


Selasa, 14 Oktober 2008 | 23:56 WIB

Pemerintah pantas memanen pujian. Tsunami krisis keuangan dari Amerika Serikat, yang melanda ke mana-mana, dampaknya bisa diminimalkan di Indonesia. Meski begitu, pemerintah harus segera mendongkrak pertumbuhan sektor riil agar negeri ini semakin kebal terhadap pengaruh gonjang-ganjing ekonomi dunia.

Krisis keuangan di Amerika sempat membuat nilai saham di berbagai bursa dunia anjlok. Badai ini dipicu oleh memburuknya kondisi perusahaan-perusahaan keuangan. Sampai-sampai Presiden George W. Bush harus meneken dana talangan sebesar US$ 700 miliar (sekitar Rp 6.806 triliun). Krisis ini cepat menjalar. Industri keuangan di Eropa terseret longsor. Jepang dan Singapura juga mulai terpuruk. Indonesia pun terkena getahnya. Indeks bursa saham sempat anjlok 10,38 persen pada 8 Oktober lalu.

Untunglah pemerintah Amerika, juga negara-negara Eropa, cepat tanggap. Mereka ramai-ramai mengeluarkan dana talangan demi menyelamatkan industri keuangan. Langkah penyelamatan juga dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan timnya di kabinet.

Pemerintah telah mengeluarkan tiga peraturan baru pencegah krisis. Salah satunya berisi kenaikan nilai penjaminan simpanan dari Rp 100 juta per nasabah menjadi Rp 2 miliar. Buat mengamankan pasar modal, perusahaan negara diminta membeli kembali saham-sahamnya. Bank sentral juga diminta selalu menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar tak tembus ke angka Rp 10.000.

Hasilnya? Nilai rupiah cuma turun sekitar 5 persen. Bandingkan dengan won Korea Selatan, yang tiap hari turun 3 persen; atau dolar Australia, yang sudah turun 30 persen. Seiring dengan membaiknya saham di berbagai bursa dunia, pasar saham di negeri ini pun mulai pulih. Kemarin indeks bursa saham di Jakarta kembali menguat, 6,44 persen.

Kini, yang terpenting adalah menjaga agar berbagai kebijakan baru itu konsisten diterapkan sampai badai ekonomi benar-benar berlalu. Harus diingat, ekonomi sekarang belum benar-benar aman. Karena itu, Presiden harus lebih bekerja keras menggerakkan ekonomi sektor riil. Tumbuhnya ekonomi sektor riil akan membuat negeri ini lebih imun terhadap guncangan krisis.

Pemerintah bisa memulainya dengan mempercepat pengeluaran belanja modal. Pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, irigasi, misalnya, akan membuat roda ekonomi Indonesia berputar lebih kencang. Tahun ini belanja kementerian dan belanja modal lumayan besar, yakni Rp 370 triliun. Itu angka yang cukup untuk membuat ekonomi sektor riil berdenyut lebih cepat.

Jangan lupa pula segera menetapkan sektor-sektor andalan apa yang akan dijadikan lokomotif ekonomi Indonesia. Tanpa adanya sektor andalan, negeri ini akan selalu ketinggalan. Paul Krugman, profesor Universitas Princeton yang mendapat Hadiah Nobel di bidang ekonomi, pun mengakui bahwa perdagangan dunia dikuasai oleh negara-negara yang melakukan produksi skala besar dan spesialisasi. Karena hanya dengan cara itu mereka bisa menetapkan harga lebih rendah.

Seandainya pemerintah memperhatikan strategi itu, tentu saja tak akan membiarkan industri tekstil kita hancur, kalah bersaing dengan produk impor dari Cina.

Tidak ada komentar: