Minggu, 05 Oktober 2008

Krisis Keuangan AS

Dunia Merasa Lega untuk Sementara
Minggu, 5 Oktober 2008 | 03:00 WIB

Paris, Sabtu - Para pemimpin dan pejabat negara-negara yang memiliki perekonomian besar, Sabtu (4/10), menyatakan kelegaan. Mereka menyambut tindakan Kongres AS yang menyetujui paket dana penyelamatan sektor keuangan AS yang sedang dililit kebangkrutan.

Paket itu harus disetujui Parlemen AS karena dana itu akan diambil dari anggaran Pemerintah AS, yang antara lain ditutup dari pajak-pajak rakyat AS. Para pemimpin dunia menyatakan tindakan AS itu sebagai bentuk pertanggungjawaban. ”Saya sangat bahagia,” kata Menteri Perekonomian Perancis Christine Lagarde.

Kelegaan ini masuk akal karena ancaman kehancuran perekonomian global relatif berkurang. Sejak kejatuhan Lehman Brothers pada pertengahan September, banyak bank di dunia yang diserbu nasabah, seperti Fortis (milik Belanda-Belgia), yang terjebak kredit macet di sektor perumahan AS.

Tali-tali bisnis lembaga keuangan AS dengan internasional dalam hal kucuran kredit pun terganggu. Salah satu contoh adalah mengeringnya fasilitas pinjaman antarbank di dunia.

Suku bunga Libor (The London interbank offered rate) pada hari Jumat mencapai 5,33 persen untuk pinjaman uang antarbank dengan jangka waktu tiga bulan. Ini adalah tingkat Libor tertinggi sepanjang sejarah, sebagaimana diutarakan Asosiasi Perbankan Inggris.

Fasilitas pinjaman antarbank adalah salah satu instrumen yang memperlancar aliran keuangan perbankan dan juga berguna melancarkan transaksi dan perdagangan dunia. Pinjaman antarbank di Asia juga meningkat ke angka yang lebih tinggi dalam sembilan bulan terakhir.

Memburuk

Suku bunga pinjaman antarbank dalam denominasi dollar AS naik menjadi 4,33 persen, tertinggi sejak Januari 2008.

Ekonom AS peraih Hadiah Nobel Ekonomi 2001, Joseph E Stiglitz, mengatakan, ia tidak mengkhawatirkan kerugian para investor di bursa. Hal yang paling dia khawatirkan adalah merembetnya krisis keuangan di AS ke sektor perbankan berupa kemacetan aliran pembiayaan ke sektor bisnis. Ini akan berakibat pada terhentinya aktivitas bisnis di sektor riil yang bisa berujung pada pengurangan tenaga kerja.

”Sekarang persoalan di sektor keuangan seperti menggelinding ke arah lebih buruk, yang tampaknya sulit dihentikan,” kata Greg Gibbs, Direktur Strategi Valuta Asing di ABN AMRO Holding NV di Sydney, Sabtu.

Gibbs mengatakan, perjuangan keras menuju dicapainya kesepakatan dana talangan di AS makin memperburuk keadaan.

Kini diharapkan aliran pinjaman antarbank mulai cair dengan persetujuan Kongres AS itu. Ketua Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso mengatakan, ”Parlemen (Kongres) AS ’telah menunjukkan tanggung jawab untuk mengatasi krisis’ yang dipicu kebangkrutan lembaga keuangan AS karena terjebak kredit macet di sektor perumahan AS dan terjebak pada aksi-aksi spekulasi di bursa saham dan uang.”

Paket dana penyelamatan sektor keuangan AS itu telah ditandatangani Presiden AS George W Bush, Jumat. Menteri Keuangan AS Henry Paulson menyatakan segera mengimplementasikan program penyelamatan sektor keuangan AS. Ini adalah sebuah paket penyelamatan ekonomi terbesar AS sejak Depresi Besar ekonomi AS tahun 1929.

China adalah salah satu yang memantau ketat paket dana penyelamatan itu, yang sebelumnya ditolak Kongres AS. ”China dan AS memiliki kepentingan bersama untuk menyelamatkan sektor keuangan,” demikian pernyataan People’s Bank of China (Bank Sentral China).

Perdana Menteri Australia Kevin Rudd, Sabtu, juga menunjukkan keceriaan dengan persetujuan Kongres AS itu, ”Yang akan membantu kestabilan ekonomi dunia.” Meski menyambut, PM Rudd menambahkan, masih banyak yang harus dilakukan AS dalam rangka penyelamatan ekonomi AS, yang terbesar di dunia.

Daya serap besar

Hampir bisa dikatakan, tidak ada ekonom yang memperkirakan Depresi Besar seperti tahun 1929 ditandai dengan anjloknya 80 persen indeks saham di AS dan efek domino kebangkrutan di Perancis, Inggris, dan Jerman.

Roger Altman, seorang ahli investasi dan mantan Wakil Menkeu di era pemerintahan Bill Clinton, dengan yakin mengatakan, tidak akan depresi seperti di masa lalu. Namun, hampir semua ekonom, termasuk IMF, memastikan akan terjadi resesi, setidaknya terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi secara berturut-turut dalam tiga kuartal hingga tahun 2009.

Jika ini terjadi, taruhannya cukup besar, yakni penurunan aktivitas ekonomi, yang berlanjut dengan pengurangan pekerja. Krisis di AS, yang mengimbas ke negara lain, khususnya Inggris, juga telah jadi isu politik. Kepemimpinan Partai Buruh di Inggris, di bawah Perdana Menteri Gordon Brown, sudah kehilangan popularitas.

Negara-negara lain juga waswas jika ekonomi AS tidak diselamatkan. AS adalah pemilik ekonomi terbesar di dunia, dengan nilai produksi domestik bruto sekitar 13,7 triliun dollar AS, yang merupakan pendapatan setahun dari sekitar 270 juta warga AS.

AS adalah tujuan ekspor dari berbagai negara di dunia, dengan total impor AS pada tahun 2007 sekitar 2,345 triliun dollar AS.

Presiden Bush pun merasa lega dengan persetujuan Kongres itu. Meski demikian, Presiden Bush juga mengatakan, kini bukan saatnya berpesta, tetapi segera menyelamatkan perekonomian yang juga sedang mengancam dapur warga AS.

Kolaborasi bipartisan

Kubu Demokrat adalah tokoh yang paling berjasa mendukung paket tersebut. Ketua DPR AS Nancy Pelosi (Demokrat, California) mengatakan, ”Ini adalah hasil kolaborasi terbaik bipartisan.” Sangat jarang Demokrat dan Republik mudah bersepakat soal pelolosan sebuah rancangan undang-undang.

”Kita tidak bisa bercanda sekarang ini. Ekonomi sedang dalam keadaan resesi. Keadaan akan makin buruk jika tidak ada penyelamatan,” kata John A Boehner, Ketua Kubu Republik di DPR AS.

Meski demikian, kubu Republik memberontak terhadap paket dana talangan yang diusulkan Presiden Bush (juga dari Republik). Walau berhasil diloloskan, ada 108 anggota DPR dari kubu Republik yang menolak dan hanya 91 orang DPR Republik yang menyetujui.

Harian Washington Post menyebutkan, pemberontakan Republik ini diduga didorong capres John McCain. Capres Barack Obama menuduh McCain sempat-sempatnya bermain politik dengan memanfaatkan krisis, dengan tujuan menentang dana talangan. Paket tersebut dituding warga AS sebagai penyelamatan eksekutif Wall Street yang serakah. (REUTERS/AP/AFP/MON)

Tidak ada komentar: