Kamis, 09 Oktober 2008

Perdagangan Saham Dihentikan


Bursa Rusia, Ukraina, dan Rumania mengambil langkah serupa.

JAKARTA—Bursa Efek Indonesia kemarin menghentikan sementara aktivitas perdagangan hingga waktu yang belum ditentukan, setelah indeks saham merosot tajam. Kejadian serupa terjadi delapan tahun silam saat sebuah bom meledak di gedung Bursa Efek Jakarta, yang merenggut 15 nyawa.

Seluruh perdagangan saham mulai dihentikan pada pukul 11.06 WIB setelah indeks harga saham gabungan anjlok 168 poin atau 10,3 persen ke posisi 1.451,669. Penurunan tajam juga terjadi Senin lalu—setelah libur panjang Lebaran—sebesar 10 persen.

Ini berarti, selama tiga hari perdagangan hingga kemarin, indeks saham Indonesia sudah merosot 22 persen. Berdasarkan data Bloomberg, inilah penurunan mingguan terbesar selama 25 tahun terakhir.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Erry Firmansyah mengatakan kebijakan itu diambil karena penurunan indeks sudah tidak wajar. Menurut Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Fuad Rahmany, para pelaku pasar sudah dilanda kepanikan.

Dalam situasi panik dan tidak rasional, kata Fuad, mekanisme pasar tak bisa lagi dibiarkan mengendalikan harga. “Karena itu, perdagangan perlu dihentikan dulu agar cukup waktu bagi pelaku pasar mencerna informasi dengan lebih tenang dan rasional,” ujarnya kepada Tempo.

Kepanikan pasar bermula dari krisis keuangan di Amerika Serikat. Kendati Presiden George Bush telah meneken Undang-Undang Stabilisasi Ekonomi Darurat yang memuat rencana pengucuran dana talangan pemerintah sebesar US$ 700 miliar, para pelaku pasar di seluruh dunia belum yakin krisis keuangan Amerika bakal segera berakhir.

Akibatnya, berbagai bursa dunia tetap lunglai. Indeks saham Dow Jones di bursa Wall Street, New York, pada penutupan perdagangan Selasa lalu bahkan merosot ke level terendah dalam lima tahun terakhir. Penurunan indeks saham juga terjadi di berbagai bursa Asia-Pasifik kemarin (lihat infografik).

Penurunan indeks Nikkei 225 di bursa Jepang merupakan yang terbesar sejak crash pasar global pada Oktober 1987. “Tak seorang pun tahu di mana dasarnya,” kata Masafumi Oshiden, pengelola investasi pada BlackRock Inc, seperti dikutip Bloomberg. Morgan Stanley Capital Index untuk kawasan Asia-Pasifik juga merosot 7,4 persen, yang merupakan penurunan terbesar sejak 2 April 1990.

Seperti halnya bursa Indonesia, bursa Rusia, Ukraina, dan Rumania kemarin juga menghentikan perdagangan sahamnya. Aktivitas bursa Rusia dihentikan pada pukul 11.05 waktu Moskow hingga 10 Oktober mendatang karena indeks sahamnya sudah anjlok 20 persen sepanjang pekan ini. Sedangkan bursa Rumania ditutup setelah indeks saham turun 9,5 persen.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom menyatakan langkah bursa Indonesia bisa dipahami. “Di bursa saham lain pun terjadi masalah yang sama,” ujarnya. Lagi pula, kata Menteri Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil, “Dalam standar operasional bursa, penghentian bisa dilakukan kalau indeks sudah merosot lebih dari 10 persen.”

Dukungan juga datang dari Direktur Bhakti Securities Budi Ruseno dan analis HB Capital, James Bryson, yang memperkirakan kerugian investor 5-20 persen. “Saya bisa menerima, karena itu dilakukan untuk menyelamatkan investor,” kata Sukawi, seorang investor.

Untuk membahas persoalan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin menggelar rapat pada pukul 22.30 setelah menonton film Laskar Pelangi.

Ia meminta perusahaan-perusahaan negara membeli balik sahamnya semampu mereka. Yudhoyono juga mengatakan bursa akan dibuka kembali besok. METTA | ANTON APRIANTO | ARI ASTRI YUNITA |DIAN YULIASTUTI | EKO NOPIANSYAH | WAHYUDIN FAHMI

Terimbas September Kelabu

Krisis finansial di jantung kapitalisme, Amerika Serikat, terus memakan “korban”. Meski Undang-Undang Stabilisasi Ekonomi Darurat, yang memuat rencana pengucuran dana talangan pemerintah sebesar US$ 700 miliar, telah diteken Presiden Bush, pasar keuangan dan bursa saham dunia terus bergolak.

Guna mencegah indeks saham longsor lebih dalam, Bursa Efek Indonesia—bersama Rusia dan Ukraina—kemarin menutup sementara aktivitas perdagangannya. Peristiwa serupa terjadi pada September 2000, saat bom mengguncang gedung bursa Jakarta.

7/9
Departemen Keuangan Amerika mengambil alih dua perusahaan pembiayaan perumahan terbesar: Fannie Mae dan Freddie Mac.

15/9
Lehman Brothers mendaftarkan perlindungan kebangkrutan. Merrill Lynch setuju diakuisisi Bank of America. Peringkat utang American International Group (AIG) diturunkan, sahamnya merosot 60,8 persen. Bank sentral AS (The Fed) menyuntikkan US$ 70 miliar ke pasar. Indeks Dow Jones merosot 4,4 persen, terbesar sejak September 2001. Bursa-bursa Eropa tumbang.

18/9
Pemerintah AS meminta Kongres menyetujui paket penyelamatan ekonomi berupa dana talangan pemerintah (bailout) US$ 700 miliar.

24/9
Presiden George Bush menyatakan perekonomian AS dalam bahaya jika Kongres tidak menyetujui rencana bailout.

26/9
Washington Mutual, bank terbesar di AS, kolaps. Sebagian asetnya dibeli JPMorgan Chase.

29/9
Kongres AS menolak rencana bailout. Indeks Dow Jones merosot 778 poin, terbesar dalam sejarah.

3/10
Kongres akhirnya menyetujui bailout. Presiden Bush meneken UU Stabilisasi Ekonomi Darurat 2008.

8/10
Pukul 11.06 WIB, bursa saham Indonesia (bersama Rusia dan Ukraina) ditutup sementara, setelah indeks saham anjlok 10,3 persen.

JAKARTA TERPARAH

Indeks saham di berbagai bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Rabu (8/10) rontok.

Indeks Negara Penurunan (%)
IHSG Indonesia 10,4
Nikkei 225 Jepang 9,4
Hangseng Hong Kong 8,2
Thaiindex Thailand 6,9
Straits Times Singapura 6,6
Kospi Korea Selatan 5,8
TAIEX Taiwan 5,8
S&P/ASX 200 Australia 5,0
CSI 300 Cina 3,8
KLSE Malaysia 2,7
Sensex India 2,6
S&P Asia 50 Asia 7,6
MSCI Asia-PasifikAsia-Pasifik7,4

NASKAH: METTA DHARMASAPUTRA SUMBER: AFP/BLOOMBERG / YAHOO INFOGRAFIK: MACHFOED GEMBONG FOTO: AP (DIOLAH)

Tidak ada komentar: