Minggu, 12 Oktober 2008

RI Andalkan Kekuatan Sendiri


Minggu, 12 Oktober 2008 | 02:14 WIB

Padang, Kompas - Menghadapi imbas krisis keuangan global, Indonesia harus yakin dapat mengatasi sendiri dengan segala potensi dan kekuatan internalnya serta tidak bergantung pada kekuatan asing.

Pada sisi lain, kalangan dunia usaha, para saudagar, diimbau untuk tidak kehilangan harapan menghadapi situasi ini.

Seruan itu dikemukakan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka dan meresmikan Temu Akbar Ke-2 Silaturahmi Saudagar Minang 2008 di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (11/10).

Dalam kondisi krisis secara global seperti sekarang ini, menurut Wapres, tidak ada satu negara pun, termasuk negara besar dan lembaga kreditor dunia, yang bisa menolong karena semua juga harus dapat menyelamatkan dirinya dengan kekuatan dan kemampuan ekonominya masing- masing.

”Krisis yang menimpa kita tahun 1997 di antaranya akibat kita gagal bayar utang-utang luar negeri. Sekarang Amerika Serikat mengalami hal itu akibat kredit perumahan, siapa yang bisa dimintai bantuan? Jadi, kekuatan ekonomi masing-masing negara yang bisa menyelamatkan dari krisis sekarang, bukan kekuatan dari luar negeri,” ujar Wapres.

Menurut Kalla, kekuatan dan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia sangat besar. Masih ada belanja negara dalam APBN sekitar Rp 200 triliun yang belum terserap dalam berbagai proyek. Ada dana ratusan triliun rupiah di perbankan kita yang belum dicairkan. Cadangan devisa masih bisa digunakan untuk impor.

”Jadi, jangan harap ada negara atau lembaga yang akan membantu kita kecuali kita sendiri, pemerintah pusat dan daerah serta pengusaha nasional, saudagar Nusantara, memajukan perekonomian nasional dan daerah dengan memajukan komoditas pertanian, perikanan, dan energi yang kita miliki,” kata Wapres.

Wapres Kalla menyatakan optimismenya akan daya tahan ekonomi nasional dan meminta para saudagar tidak terlalu mengkhawatirkan dampak krisis keuangan global tersebut, khususnya terhadap gejolak di Bursa Efek Indonesia.

”Yang harus dijaga supaya terus bergerak justru Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen di Jakarta, Pasar Klewer di Solo (Jawa Tengah), serta pasar-pasar lainnya. Karena di situlah ekonomi nasional kita. Selama pasar-pasar seperti itu terus bergerak (karena ada daya beli masyarakat), yakin ekonomi kita ini akan aman,” lanjut Wapres.

Wapres meminta agar para saudagar Minang dan saudagar Nusantara justru memanfaatkan situasi krisis saat ini dengan berupaya memberdayakan ekonomi domestik sekuat tenaga. Pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan untuk mengatasi permasalahan.

Pulang

Dalam perkembangan lain, Gubernur Bank Indonesia Boediono secara mendadak meninggalkan Sidang Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington DC, AS, Jumat siang waktu setempat atau Sabtu dini hari WIB.

Sebelumnya, Menteri Keuangan yang juga Pelaksana Jabatan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sri Mulyani Indrawati juga batal menghadiri pertemuan IMF-Bank Dunia karena situasi ekonomi di dalam negeri yang tidak menentu.

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta, Sabtu pagi waktu AS, mengadakan pertemuan bilateral dengan Bank Dunia di Washington.

Duta Besar Indonesia untuk AS Sudjadnan Parnohadiningrat mengisyaratkan, Indonesia tidak akan mendapat komitmen pinjaman baru dari Bank Dunia, tetapi akan merealisasikan dana yang bersifat standby loan yang belum dimanfaatkan Indonesia. Namun, jumlah pinjaman yang akan digunakan tersebut belum bisa diketahui.

”Komitmen pinjaman diharapkan bisa tetap direalisasikan. Jangan karena pasar (keuangan) lagi seperti sekarang, mereka (Bank Dunia) menarik komitmennya. Pinjaman ini untuk menjaga stabilitas moneter dan pembiayaan pembangunan karena sebagian besar utang porsinya dalam APBN untuk pembiayaan pembangunan,” ujar Sudjadnan.

Isu yang mengemuka dalam pertemuan IMF-Bank Dunia antara lain tentang penurunan pertumbuhan ekonomi dunia menyusul adanya krisis keuangan di AS. Tahun ini pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan 3,7 persen dan tahun depan sekitar 3,8 persen. Pertumbuhan ekonomi AS sendiri hanya sekitar 0,5 persen pada tahun ini dan 0,6 persen pada tahun 2009. (HAR/GUN)

Tidak ada komentar: