Selasa, 21 Oktober 2008

Ekonomi China Terimbas Krisis


Stimulus Baru Disiapkan untuk Dorong Pertumbuhan

AP photo/Vincent Yu / Kompas Images
Polisi China berjaga-jaga di luar sebuah kantor pemerintah di Zhang Mu Tou, Provinsi Guangdong, Jumat (17/10). Ratusan pekerja pabrik pembuat produk mainan anak-anak berkumpul di luar gedung itu karena gaji mereka tak kunjung dibayarkan perusahaan bernama Smart Union Group (Holdings) Ltd, yang sudah ditutup. Krisis ekonomi global membuat pesanan produk mainan asal China berkurang.
Selasa, 21 Oktober 2008 | 00:51 WIB

Beijing, Senin - Tingkat pertumbuhan ekonomi China turun menjadi 9,0 persen pada kuartal ketiga 2008 akibat krisis keuangan global yang mulai terasa dampaknya di negara itu. Pemerintah menyatakan akan merespons dengan berbagai upaya untuk memberikan stimulus- stimulus baru.

Pertumbuhan ekonomi China selalu di atas 10 persen sejak akhir 2005. Sejak itu, penurunan pertumbuhan ekonomi merupakan yang pertama kali terjadi. Hal itu merupakan indikasi paling kuat bahwa ekonomi China juga ikut terpengaruh memburuknya ekonomi internasional saat ini.

”Tingkat pertumbuhan ekonomi dunia tampak nyata melambat. Ada lebih banyak ketidakpastian dan kerentanan dalam ekonomi internasional. Keseluruhan faktor ini telah mulai melahirkan dampak negatif terhadap ekonomi China,” kata Li Xiaochao, juru bicara Biro Statistik Nasional.

Sebagai hasil melambatnya pertumbuhan pada periode Juli sampai September, pertumbuhan ekonomi di negara dengan kekuatan ekonomi keempat terbesar di dunia itu melemah menjadi 9,9 persen sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Angka itu lebih rendah dari 10,4 persen pada enam bulan pertama 2008 dan lebih rendah dari 12,2 persen pada sembilan bulan pertama 2007.

”Di China, setiap pertumbuhan di bawah 10 persen merupakan sebuah sinyal bahwa ekonomi menjadi melempem,” kata Ren Xianfang, ekonom di firma konsultan Global Insight yang berbasis di Beijing.

Sebelum diumumkannya data resmi pertumbuhan itu, Pemerintah China telah menyampaikan perlunya langkah-langkah baru untuk memacu pertumbuhan dan hal itu menjadi agenda tertinggi para pembuat kebijakan di negara itu.

”Ada kecenderungan pelemahan pertumbuhan ekonomi. Keuntungan korporasi dan penghasilan pajak turun dan pasar modal terus bergolak serta semakin melemah,” demikian disampaikan dalam catatan kesimpulan pada sidang kabinet yang dipimpin Perdana Menteri Wen Jiabao.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Takeo Kawamura menyampaikan, melemahnya pertumbuhan China itu bisa berdampak terhadap Jepang, AS, dan negara-negara lainnya yang mempunyai aktivitas bisnis cukup besar di China.

”Karena China memiliki pasar yang besar, kita perlu memperhitungkan bagaimana hal itu akan memengaruhi krisis keuangan global dalam waktu dekat ini,” lanjut Kawamura.

Langkah propertumbuhan

Pada pertemuan yang diselenggarakan Jumat pekan lalu, disepakati sejumlah langkah propertumbuhan, seperti mendukung pembelian rumah dan pemotongan pajak dalam pembelian rumah untuk tempat tinggal. China juga sepakat menurunkan pajak ekspor untuk memastikan stabilnya pertumbuhan ekspor.

Surplus perdagangan China untuk sembilan bulan pertama tahun ini mencapai 180,9 miliar dollar AS atau turun 2,6 persen dibandingkan dengan sembilan bulan pertama setahun sebelumnya.

Tren melemahnya ekonomi China, menurut Biro Statistik, semakin dikuatkan oleh kecenderungan pada sektor ekonomi yang sangat dipengaruhi ekspor. Pertumbuhan produksi industri tercatat 15,2 persen pada sembilan bulan pertama 2008 atau turun dari 16,3 persen pada enam bulan pertama 2008. Untuk bulan September saja, pertumbuhan produksi industri adalah 11,4 persen.

Akibat melambatnya ekspor, China menaruh perhatian pada sumber-sumber pertumbuhan lain, khususnya konsumsi dan investasi domestik.

Li mengatakan, meskipun kejatuhan ekonomi global telah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi China, akumulasi kemakmuran negara itu, tingginya tabungan, dan belanja konsumen yang tetap terkontrol memberikan banyak ruang untuk tetap optimistis. ”China tetap mampu menangkis potensi dampak negatif melemahnya ekonomi global. Meski demikian, kita harus waspada terhadap kesulitan dan tantangan-tantangan yang dihadapi dan selalu siaga,” ujar Li.(AFP/OKI)

Tidak ada komentar: