Rabu, 22 Oktober 2008

China Terimbas Krisis Global


Perekonomian China mulai terimbas krisis keuangan global. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan kegiatan ekspor dilaporkan cenderung menurun.

Cepat atau lambat, krisis finansial global memang memberi efek penularan (contagion effect), yang menerjang setiap negara, tak terkecuali raksasa China. Namun, sekuat-kuatnya tekanan krisis keuangan global, perekonomian China tidak sampai limbung seperti dialami banyak negara, termasuk beberapa negara di Eropa.

Pertumbuhan ekonomi China memang menurun menjadi 9 persen pada kuartal ketiga tahun 2008, tetapi angka pertumbuhan itu sebenarnya tetap fantastis bagi kebanyakan negara berkembang.

Kalaupun China merisaukan penurunan itu, tentu saja karena China merasa tidak mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan pada level di atas 10 persen sejak tahun 2005. Sebagai dampak melambatnya pertumbuhan periode Juli sampai September lalu, pertumbuhan ekonomi China melemah menjadi 9,9 persen selama sembilan bulan pertama tahun ini.

Turunnya pertumbuhan kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman itu merupakan salah satu indikator paling jelas tentang ganasnya krisis keuangan global.

Jika kekuatan ekonomi keempat dunia itu saja tidak mampu membendung imbas krisis keuangan global, segera terbayang bagaimana dampaknya terhadap banyak negara berkembang lain yang masih sulit mempertahankan pembangunan berkelanjutan.

Tidak kalah menarik pula bagaimana Pemerintah China mengambil langkah cepat dan konkret untuk mencegah komplikasi lebih rumit atas dampak krisis keuangan global. Pemerintah China pekan lalu, misalnya, memutuskan pemotongan pajak pembelian rumah agar pembangunan sektor properti tidak menjadi lesu.

Pajak ekspor juga diturunkan untuk merangsang kegairahan mempertahankan ekspor. Surplus perdagangan China selama sembilan bulan pertama tahun ini mencapai 180,9 miliar dollar AS, atau turun 2,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Sekalipun ikut terpukul oleh krisis finansial global, China diyakini tidak akan limbung. Produk-produknya yang murah dengan mutu yang cenderung meningkat dipastikan akan menjadi pilihan belanja masyarakat global di tengah amukan krisis finansial saat ini.

China sendiri memiliki daya tahan memadai karena kecenderungan konsumerisme yang tetap terkendali, dan kekuatan pasarnya luar biasa yang didukung oleh sekitar 1,3 miliar penduduk. Juga karena pemerintahannya teruji cekatan mencari solusi.

Tidak ada komentar: