Minggu, 05 Oktober 2008

Tragedi Lehman Brothers

Jumat, 26/09/2008 13:13 WIB Ary Ginanjar Agustian


oleh : Ary Ginanjar Agustian
Pendiri dan Pemimpin ESQ Leadership Center

Raksasa Wall Street itu akhirnya terjungkal oleh ketamakan dan ketidakdisiplinannya sendiri. Lehman Brothers, bank investasi yang berdiri pada 1850 di Montgomery, Alabama, mengumumkan diri bangkrut pada 16 September setelah kerugian yang tak tertanggungkan di pasar subprime mortgage (kredit pemilikan rumah kelas dua).

Gelagat runtuhnya Lehman sebetulnya sudah terendus sejak musim panas 2007, ketika sahamnya terus merosot dari puncaknya pada US$82 per lembar.

Para investor semakinkhawatir karena perusahaanitu merupakan pemainbesar di pasar subprime danprime mortgages. Sebagaiyang terkecil di antaraempat raksasa Wall Street, perusahaan itu berisikomengalami kerugianbesar.

Ketika krisis menggilapada 2007 dan awal 2008, Lehman Brothersmemang bisa menepis prakiraan, seperti yangpernah dialaminya pada 1998. Sahamnyakembali menguat secara signifikan.

Bahkan ketika mengumumkan kerugianpada 9 Juni itu,Fuld begitu percaya bahwa Lehman cukupkuat. Keyakinan Fuldboleh jadi terpupukoleh pengalamanLehman dalam 40tahun terakhir, yang telah empat kali masukke pusaran krisis dan selalu selamat.

Lehman berhasil menghindari nasib yang menimpa Bear Stearns, perusahaan Wall Street lain yang dibeli JP Morgan Chase dengan harga rendah akibat ancaman kebangkrutan. Lehman dan Bear Stearns memiliki sejumlah kemiripan.

Lembar neraca keduanya relatif sama kecilnya. Keduanya juga sangat bergantung pada pasar mortgage, dan sangat bergantung pada repo, atau repurchase market, yang sering dipakai sebagai alat pendanaan jangka pendek.

Jual aset

Memasuki musim panas 2008, badai benar-benar semakin hebat, memaksa Lehman menjual sejumlah aset, dan menerbitkan tawaran ke pemodal untuk memperkuat keuangannya. Pada 9 Juni 2008, Lehman mengumumkan kerugian kuartal kedua sebesar US$ 2,8 miliar, jauh melebihi perkiraanpara analis.

Perusahaan itu menyatakan akan mencari suntikan modal US$ 6 miliar dari para investor. Tapi, upaya tersebut tercekat, dan situasi semakin tak terkenali setelah pada 8 September pemerintah mengumumkan pengambilalihan Fannie Mae dan Freddie Mac.

Saham Lehman tergerus 98,5%, pemerintah enggan turun tangan, pemodal baru tak sudi memungut dan sejarah kedigdayaan satu setengah abad itu pun berakhir.

Seperti saya singgung di awal tulisan ini, tragedi Lehman adalah buah ketidakdisiplinan yang dipacu oleh ketamakan. Richard J Fuld Sr., CEO Lehman Brothers, tak menimbang besarnya risiko gagal bayar pada subprime mortgage, demi mengeduk keuntungan dari bunga kredit.

Pelajaran yang bisa dipetik dari tragedy Lehman, yang terjadi dalam bulan Ramadan, ini adalah betapa pentingnya ketajaman intuisi yang harus selalu diasah melalui pelatihan pengendalian diri. Dalam rukun Islam, pelatihan itu diwujudkan dalam bentuk puasa.

Apabila dijalankan dengan benar selama sebulan penuh, puasa akan meningkatkan kecakapan emosi , dan yang lebih penting lagi membebaskan jiwa (fitrah) dari belenggu-belenggu, termasuk ketamakan dan pengalaman.

Puasa bukanlah semata-mata pelatihan fisik, walau dunia kedokteran telah membuktikan manfaat puasa bagi kesehatan. Tujuan puasa sebenarnya adalah menahan diri, dalam arti yang sangat luas.

Menahan diri dari belenggu ego duniawi yang tidak terkendali dan keluar dari garis orbit, atau nafsu batiniah yang tidak seimbang.

Apabila dituruti, belenggu itu hanya akan membawa kepada kegagalan dan kehancuran.

Dorongan (keinginan atau nafsu) fisik maupun batin secara berlebihan akan menghasilkan sebuah rantai belenggu yang dapat menutup aset paling berharga dari manusia, yaitu god spot. God

spot adalah kejernihan hati yang merupakan sumber-sumber suara ilahiah yang selalu memberikan bimbingan dan informasi mahapenting untuk keberhasilan seseorang.

God spot yang tertutup oleh nafsu fisik dan batin yang tidak seimbang akan menyebabkan seseorang 'buta hati'. Dia menjadi tidak peka dan tidak mampu lagi membaca kondisi batiniah dirinya dan juga lingkungannya secara objektif.

Dia menjadi bodoh, tak mampu lagi mendeteksi bahaya-bahaya yang ada di hadapannya. Ia tidak mengetahui lagi di mana dia berdiri, tak tahu lagi siapa dirinya.

Singkatnya, dia menjadi makhluk asing dalam dirinya sendiri dan dalam lingkungannyasendiri.

Radar hatinya telah tertutup ego. Dia menjadi tuli dan buta, tidak lagi mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.

Baginya, kebenaran adalah apabila dia mengikuti ego pribadi.

Dengan puasa yang benar, belenggubelenggu penutup god spot dibersihkan.

Sehingga yang akan muncul adalah suara hati atau kecerdasan spiritual yang terpancardari Sifat-Sifat Mulia Tuhan (Asmaul Husna).

Ketika belenggu-belenggu telah dibersihkan, dan suara hati muncul, maka itulah yang sesungguhnya dimaksud kemenangan sejati, yakni ketika manusia kembali kepada fitrahnya (Idul-fitri), kembali kepada kekuatan intinya dalam mengarungi kehidupan sebagai khalifah di muka bumi.

Tidak ada komentar: